PERKEMBANGAN KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
1. Kerajaan Kutai
a. Sumber Sejarah
Ditemukan prasasti yang dipahatkan pada tiang batu (Yupa)
sebanyak 7 buah berhuruh Palawa dan berbahasa Sansekerta, di Kutai.
Letak Kerajaan Kutai adalah di Kalimantan Timur daerah Muara
Kaman di tepi sungai Mahakam. Kutai merupakan kerajaan pertama di Indonesia.
Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur daerah Muara Kaman di tepi sungai
Mahakam. Peninggalan dari Kutai adalah 7 (tujuh) prasasti yang ditulis dengan huruf
Pallawa, dengan bahasa Sanskerta.
Semua prasastinya
tertulis pada Yupa, yaitu tugu dari batu yang berfungsi sebagai tiang untuk
menambatkan hewan yang akan dikorbankan. Dalam Yupa Kutai itu dapat kita
ketahui tantang:
a. Berisi silsilah :
Kundungga berputera Acwawarman yang seperti dewa matahari. Acwawarman berputera
tiga – seperti api tiga. Dari ketiga putra tersebut, Mulawarman raja yang baik,
kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan),
mengadakan korban, maka didirikanlah tugu oleh para Brahmana.
b. Tempat sedekah :
Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka telah memberi sedekah 20.000
ekor lembu kepada para Brahmana di tempat tanah yang sangat suci
“Waprakecvara”.
c. Macam-macam
sedekah yang lain seperti : wijen, malai bunga, lampu dan lain-lain.
Dari berita prasasti-prasasti tersebut dapat diketahui
bagaimanakah keadaan sosial, ekonomi dan pemerintahan di Kutai.
a. Raja Mulawarman
disebut sebagai raja yang terbesar di Kutai, sebab menaklukkan raja-raja
sekitarnya.
b. Segi sosial,
masyarakat mengenal kasta-kasta karena pengaruh India. Keluarga Kundungga
pernah melakukan upacara Vratyastoma, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk
pada kasta Ksatria.
c. Segi ekonomi :
disebutkan raja menghadiahkan 20.000 ekor lembu, berarti peternakan maju,
begitupun dalam bidang pertanian, karena Kutai terletak di tepi sungai. Dengan
demikian Kutai merupakan kerajaan yang makmur. Namun perlu dicatat bahwa Kutai
ini luput dari perhatian Cina.
b. Peninggalan
budaya berupa prasasti Yupa
2. Kerajaan
Tarumanegara
A. Sumber Sejarah
1. Berita dari Cina
Catatan Fa- Hien (414 M), yang mengatakan terdapatnya negara
Ye-Po-ti (jawa)
Catatan dinasti Tang
dan Sung, yang
menyebutkan kerajaan Tolomo (Taruma)
pernah mengirimkan utusan ke Cina
2. Prasasti yang
ditemukan di jawa Barat (7 buah), seperti: prasast Ciaureteun/Citarum, Kebon
Kopi,
Jambu, Pasir
Awi, Muara Cianten( semua
didaerah Bogor), prasasti Tugu di Jakarta, prasasti Lebak
di Banten
Selatan. Prasasti tersebut
ditulis dengan huruf Palawa
dan berbahasa Sansekerta.
Dari
sumber sejarah
tersebut dapat disimpulkan :
a. Kerajaan Taruma diperkirakan berdiri abad 5
M, terletak ditepi sungai Cisadane/Citarum Bogor Jawa
Barat.
b. Kerajaan Taruma diperintah raja Sri
Purnawarman
c. Agama yang dianut kerajaan, yaitu Hindu
Syiwa
d. Raja purnawarman seoran yang gagah dan
berani dalam perang, juga memperhatikan kehidupan
rakyat
yang ditunjukkan dalam prasasti
tugu yaitu melakukan
penggalian saluran sugai
Gomati pada sungai Candrabanga
6.112 tombak (11
Km ) selesai dalam waktu 21 hari,
setelah
selesai
diadakan selamatan memberi korban 1000 sapi pada Brahmana
B. Peninggalan hanya berupa prasasti
3. Kerajaan Holling
/ Kalingga
Diperkirakan
terletak di Jawa
Tengah bagian utara
(diantara purwaodadi hingga Blora dan
lasem). Nama Kaling
berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Sumbernya adalah
berita Cina yang menyebutkan bahwa
kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang
bertingkat, yang ditutup dengan atap, Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis
dan mengenal juga ilmu perbintangan.
Yang sangat tampak bagi orang Cina ialah orang Kaling (Jawa), kalau
makan tidak memakai sendok atau garpu, melainkan dengan jarinya saja. Minuman
kerasnya yang dibikin ialah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (tuak).
A. Sumber Sejarah.
Berita catatan Cina (dinasti Tang ), bahwa abad ke 7 M di
Jawa Tengah telah berdiri
kerajaan Kaling(Kalingga), pernah
megirim utusan ke Cina.
Dalam catatan Itsing
(664) disebutkan bahwa
pendeta Cina Hwining mnegunjungi kerajaan
Holing dan berusaha menerjemahkan kitab Budha Hinayana
yang dibantu oleh pendeta Budha Yanabadra.
Prasasti belum ditemukan
Berdasarkan sumber-sumber mengenai kerajaan Kaling tersebut,
dapat diketahui bagaimana keadaan :
a. Pemerintahan dan
Kehidupan Masyarakat
Dalam berita Cina disebut adanya raja atau Ratu Sima, yang
memerintah pada tahun 674 M. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur dan
bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas, hal ini terbukti pada saat raja
Tache ingin menguji kejujuran rakyat Kaling. Diletakkanlah suatu pundi-pundi
yang berisi uang dinar di suatu jalan. Sampai tiga tahun lamanya tidak ada yang
berani mengambil.
b. Keadaan sosial dan
ekonomi kerajaan Kaling
Mata pencaharian penduduknya sebagian besar bertani, karena
wilayah Kaling dikatakan subur untuk pertanian. Perekonomian, sudah banyak penduduk yang melakukan perdagangan apalagi
disebutkan ada hubungan dengan Cina.
4. Kerajaan
Kanjuruhan
Letak kerajaan Kanjuruhan adalah di Jawa Timur, dekat dengan
kota Malang sekarang.
A. Sumber Sejarah
Kerajaan Kanjuruhan ini tertulis dalam prasasti Dinaya, yang
ditemukan di sebelah barat laut Malang, Jawa Timur. Angka tahunnya tertulis
dengan Candrasengkala yang berbunyi : NAYAMA VAYU RASA = 682 Caka = 760 M. Dari
prasasti ini dapat
disimpulkan :
Kerajaan
Kanjuruhan terletak di
Kajuron, Malang- Jawa
Timur, berdiri pada abad 8
Raja pertama bernama
Dewa Simha, putranya
bernama Liswa setelah dilantik
menjadi raja bergelar Gajayana melalui upacara abhiseka. Liswa ini mempunyai
putri yang bernama Utteyana yang kawin dengan Janania.
Gajayana memuja Sang Agastya ( Hindu Syiwa). Gajayana
mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Bangunan tersebut sekarang
bernama candi Badut. Disebutkan pula, semula arca yang terbuat dari kayu
cendana, kemudian diganti dengan batu hitam. Peresmiannya dilakukan pada tahun
760.
B. Peninggalan
budaya : Candi Badut didesa Kajuron
5. Kerajaan Mataram
Lama (dinasti Sanjaya)
A. Sumber Sejarah
Prasasti Canggal yang ditandai dengan Candrasengkala Cruti
Indria Rasa = 654 C = 732 M. Ditemukan di desa Canggal, daerah Kedu dekat desa
Sleman, daerah Yogya. Prasasti ini berbahasa sanskerta dan hurufnya Pallawa.
Isinya asal-usul Sanjaya dan pembangunan lingga di bukit Stirangga. Letak ibu
kota kerajaan secara tepat belum dapat dipastikan, ada yang menyebut Medang di
Poh Pitu, Ri Medang ri Bhumi Mataram. Daerah yang dimaksud belum jelas,
kemungkinan besar di daerah Kedu sampai sekitar Prambanan (berdasarkan letak
prasasti yang ditemukan). Diketahui
dari Prasasti Canggal
(732) , Prasasti
Balitung (907), Prasasti Argopuro
(836), Prasasti Perot (850) dan peninggalan sejarah berupa candi Hindu dari
sumber sejarah dapat disimpulkan.
Kerajaan Mataram terletak di Jawa Tengah, dikelilingi gunung
(Serayu, Prau, Sindoro,
Sumbing, Ungaran, Merbabu,
Sewu) didaerahnya dialiri Sungai
Bogowonto, Progo, Elo,
Bengawan Solo)
Raja-raja yang memerintah, berdasarkan Prasasti
Matyasih ditemukan
silsilah raja
diantaranya : Sanjaya, Panangkaran, Panunggalan, Warak,
Garung, Pikatan, Kayuwangi, Watuhumalang, Watukaradyah
Balitung. Sesudah raja Balitung memerintah masih ada beberapa nama lagi
seperti Daksa memerintah 910 –119,
Tulodong : 919 – 921 dan Wawa : 921 – 927. Sesudah Wawa wafat digantikan Mpu
Sindok menantu Wawa yang memindahkan kerajaannya ke Jawa Timur dan mendirikan
dinasti baru yaitu Dinasti Icana pada tahun 928 M.
6. Kerajaan Mataram
Lama (dinasti Syailendra)
a. Sumber Sejarah
Prasasti Kalasan (776), Prasasti Klurak (782) Prasasti
Karang Tengah (824) Prasasti Ratu
Boko (860) Prasasti
Jatiningrat (856) dan peninggalan sejarah berupa candi Budha.
Dari sumber sejarah dapat
disimpulkan :
Terletak
antara daerah Bangelen
dan Yogyakarta. Pada pemerintahan Balaputradewa letaknya di
gunung selatan berdasar bukti peninggalan Ratu Boko.
Raja-raja yang
memerintah Banu, Wisnu, Indra, Samarathungga, Pramodhawardani.
Pada masa Pramodhawardani terjadi persatuan
antara dinasti Sanjaya dengan
Dinasti Syailendra dimana
Pramodhawardabi menikah dengan Rakai Pikatan.
B. Perkembangan
Politrik kerajaan Mataram Lama
Mataram didirikan oleh raja Sanjaya mencapai puncak kejayaan
pada masa raja Diah Balitung, adapun faktor yang mendukung adalah:
Wilayah terletak didaerah yang subur
Raja-raja yang cakap dan bijaksana sehingga dapat menjadi
panutan rakyat
Hubungan yang harmonis antara raja dengan kaum Brahmana
Adanya toleransi yang tinggi antara agama Hindu dan Budha
Raja-raja mampu menjalin hubungan diplomatik yang baik
dengan
kerajaan-kerajaan yang ada disekitarnya seperti ( Sriwijaya,
Siam India, Cina)
Pada masa raja
Wawa mataram oleh Mpu Sindok (menantu Wawa)
dipindah ke Jawa Timur: sebabnya adalah :
Keadaan jawa Tengah yang kurang menguntungkan karena tidak
memiliki pelabuhan yang baik
Sering terjadi bencana alam terutama meletusnya gunung
Merapi
Terancan oleh kerajaan Sriwijaya
C. Peninggalan
Budaya : Bangunan candi bercorak Hindu seperti, Candi Komplek Dieng, Candi
Gedong
Songo,
Prambanan, Sambi sari dan Ratu Boko. Bangunan
yang bercorak Budha
seperti Candi
Mendut, Pawon, Bororbudur, Kalasan, candi Sari dan
candi Sewu
7. Kerajaan
Sriwijaya
A. Sumber Sejarah
Prasasti yang ditemukan didalam negeri, prasasti Kedukan Bukit (688), Kota
Kapur (686), Karang Berahi (686), Talang Tuo, Telaga Batu, Palas Pasemah.
Prasasti Luar negeri : Prasasti Ligor, Prasasti Nalanda
Brita dari Cina
, Catatan Itsing
(Cina), dan Raihan
al Buruni (Persia)
Dari sumber sejarah tersebut dapat disimpulkan :
Kerajaan Sriwijaya pernah berpusat di Minangkabau (Riau
daratan) kemudian pindah ke Jambi dan Palembang
Raja-raja yang memerintah
: Dapunta Hyang
sebagai pendiri,
Balaputra Dewa ( dari dinasti Syailendra –Jawa Tengah )
Kerajaan
mencapai kejayaan. Dan Sanggrama Wijayatunggawarman
a. Faktor pendukung Sriwijaya menjadi kerajaan besar
1) Letaknya
strategis, dijalur perdagangan antara India-Cina
2) Runtuhnya kerajaan
Funan
3) Majunya aktifitas
pelayaran dan perdagangan
4) Memiliki armada /
angkatan laut yang kuat
5) Melayani
distribusi keberbagai wilayah Nusantara
C. Kehancuran Sriwijaya
disebabkan oleh serangan
kerajaan Chola Mandala (India)
terhadap
raja Sanggrama
Wijaya tahun 1017
dan 1025. dan berdirinya kerajaan Majapahit.
D. Peninggalan
Budaya, seperti : Prasasti berbahasa Melayu Kuno, Arca Budha di Bukit Siguntang
Palembang ,
candi Muara Takus di Riau
8. Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Mataram di Jawa Timur ini sering disebut kerajaan
Medang. Mpu Sindok merupakan penguasa baru di Jawa Timur dan mendirikan wangsa
Icyana. Keturunan Mpu Sindok sampai Airlangga tertulis di Prasasti Calcuta
(1042 M) yang dikeluarkan oleh Airlangga. Isinya antara lain :
a. Menguraikan
silsilah Airlangga.
b. Peristiwa penyerangan raja Wora-Wari.
c. Pelarian Airlangga ke hutan Wonogiri.
d. Pendirian pertapaan di Pucangan.
e. Airlangga berperang melawan raja Wengker.
Mpu Sindok memerintah dari tahun 928 – 949 M. Selang
kemudian, muncul Raja Dharmawangsa yang memerintah tahun 991 – 1016 M. Raja
Dharmawangsa bermaksud menyerang Sriwijaya, tapi belum berhasil.
Pemerintahannya diakhiri dengan peristiwa Pralaya yaitu penyerangan raja
Wora-Wari di mana istana Raja Dharmawangsa
hancur.
Pengganti Dharmawangsa adalah Airlangga yang berhasil
membangun kembali kerajaan Medang di Jawa Timur Airlangga terkenal sebagai raja
yang bijaksana, digambarkan sebagai dewa Wisnu. Hasil sastra yang terkenal
adalah Buku Arjunawiwaha karangan Mpu Kanwa.
Pada akhir pemerintahannya Airlangga membagi dua kerajaannya
yaitu menjadi Jenggala dan Kediri. Dua kerajaan ini yang bertahan untuk tetap
hidup adalah kerajaan Kediri. Airlangga wafat pada tahun 1049 M.
A. Sumber Sejarah
Dapat diketahui
dari beberapa prasasti
yang dibuat Empu
Sindok seperti Prasasti Pucangan, Anjukladang (limus) dan Prasasti
Calcuta dan lain-lain. Dari sumber tersebut dapat disimpulkan :
Kerajaan Medang terletak
di Tambelang – Jombang kemudian dipindahkan ke Watu Galuh diantara
gunung Semeru dan Gunung Wilis-Jawa Timur
Pendiri kerajaan Empu Sindok dengan Wangsa Isyana
Raja-raja yang memerintah : Mpu Sindok bersama permaisurinya
Pu Kbi (929-948), Sri Isyana Tunggawijaya + Lokapala (948-968), Sri Makuta
wangsa Wardana (968-992),
Teguh Darmawangsa (992-1017),
Airlangga (1019-1049).
B. Peninggalan Budaya
: Seni Sastra
seperti Kitab Sang
Hyang Kama Hayanikan (
Jaman Empu
Sindo), Kitab
Erjuna Wiwaha –Empu Kanwa (jaman Erlangga), Kitab Calon
Arang (jaman Erlangga).
Seni bangunan
dan arsitektur seperti : Candi Songoriti, Pertitan Belahan, Petirtan Jolotundo.
9. Kerajaan Kediri
A. Sumber Sejarah
Prasasti Sirah Kenting, Prasasti di Tulung Agung dan
Kertosono, Prasasti Ngantang, Prasasti Jaring, Prasasti Kamulan.
Berita Cina berasal dari Kronik Chu Fan Chi yang dikarang
oleh Ju Kua (1120)
Dari Sumber
sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa Wilayah Kediri meliputi Kediri, Madiun
dan bagian barat Medang Kamulan, ibu kota di Daha Raja-raja yang
memerintah Jayawarsa, Bameswara,
Jayabaya, Sarweswara, Sri Gandra,
Kameswara, Kertajaya,.
Pada waktu terjadi pembagian kerajaan Airlangga,
Samarawijaya sebagai raja Panjalu dan Panji Garasakan sebagai raja Jenggala.
Terjadi perang saudara di antara keduanya. Raja Kediri yang pertama Bamecwara
yang memerintah dari tahun 1117 – 1130 kemudian diganti oleh Jayabaya 1135 –
1157. Raja yang terkenal dengan ramalannya – Jangka Jayabaya. Kediri mencapai puncak kejayaan pada masa Raja
Jayabaya. Berakhirnya kerajaan kediri pada tahun 1222 Raja Kertajaya diserang
oleh Ken Arok dari Tumapel dalam peristiwa Ganter.
B. Peninggalan
Budaya : bidang arsitektur/bangunan
tidak nampak tetapi dibidang sastra maju
pesat seperti :
Krisnayana, Bharatayudha oleh Empu Sedah dan Empu Panulu, Hariwangsa
dan Gatotkacasraya oleh Empu
Panulu, Samaradhahana oleh
Empu Dharmaja, Writtasancaya dan lubdaka
oleh empu Tanakung,
Sumanasantaka oleh Empu Monaguna.
10. Kerajaan Singasari
A. Sumber Sejarah
Kitab
Pararaton, Kitab Negara
Kertagama, Prasasti Balawi, Maribong, Kusmala dan prasasti Mula
Kalurung.
Berita Cina, yang
menyatakan Kaisar Khubulai
Khan pernah mengirim pasukan untuk
menahlukkan Singasari
Beradasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa lokasi
Singasari terletak disebelah utara
Malang, dibangun oleh
Ken Arok setelah mengalajkan Kediri th 1222, Raja-raja
Singasari setelah Ken Arok (Sri
Rajasa) berturut-turut adalah
Anusopati, Tohjoyo,
Wisnuwardana/Ranggawuni, Kertanegara (raja terbesar sekaligus raja terakhir Singasari),
kehancuran Singasari akibat
serangan Raja Jayakatwang
(Kedisri).
• Pararaton atau disebut juga Katuturanira Ken Arok, isinya
menceritakan riwayat Ken Arok dari lahir sampai menjadi raja dan urutan
raja-raja yang memerintah di Singasari.
• Negarakertagama ditulis oleh Prapanca yang merupakan
seorang pujangga kraton Majapahit pada tahun 1365 : isinya : Pandangan filsafat,
keindahan kraton Majapahit, perjalanan suci Hayam Wuruk ke tempat percandian
leluhurnya antara lain ke Singasari. Memuat riwayat Ken Arok juga.
Selama perkembangan kerajaan Singasari diperintah oleh
beberapa raja. Pertama adalah Ken Arok yang berhasil menjadi raja pertama
Singasari. Setelah membunuh Tunggul Ametung (Akuwu di Tumapel) Ken Arok
dapat mengalahkan Kertajaya Raja Kediri di pertempuran Ganter
1222. Istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes, dipersunting Ken Arok,
menurut ramalan Ken Dedes akan menurunkan raja-raja besar. Setelah Ken Arok
meninggal karena dibunuh Anusapati (anak
tirinya), maka Anusapati menggantikan sebagai raja.
Tohjaya anak Ken Arok dengan Ken Umang membalas dendam
dengan membunuh Anusapati. Tohjaya hanya beberapa bulan saja memerintah karena
terjadi pemberontakan dan Tohjaya terbunuh. Ronggowuni dan Mahisa Campaka,
sebagai raja dan patih yang memerintah di Singasari lebih kurang selama 20
tahun. Pemerintahannya stabil.
Putra Ronggowuni yang bernama Kertanegara, menggantikan
ayahnya menjadi raja Singasari. Singasari mencapai puncak kejayaan di bawah
pemerintahan raja Kertanegara.
Kertanegara terkenal dengan gagasannya untuk menyatukan
seluruh kerajaan-kerajaan di Nusantara di bawah payung kekuasaan Singasari.
Cita-cita ini dikenal sebagai Wawasan Nusantara I. Untuk melaksanakan
cita-citanya Kertanegara melakukan :
- Perluasan daerah dan hubungan dengan luar negeri.
Pengiriman expedisi ke Sumatra yang terkenal dengan ekspedisi Pamalayu 1275 M.
Kertanegara mengadakan kerjasama dengan Campa untuk bersama-sama menghadapi Ku
Bilai Khan dari Cina, yang dianggap sebagai ancaman oleh Kertanegara.
- Struktur Pemerintahan Singasari sudah lengkap, yaitu pada
pemerintahan Kertanegara raja sebagai penguasa tertinggi. Kemudian didampingi
dewan penasehat. Di bawahnya masih terdapat pegawai-pegawai yang mengawasi
berbagai bidang. Bidang agama, pertahanan dan sebagainya.
- Kehidupan Agama, Singasari masa pemerintahan raja
Kertanegara, agama Hindu dan Budha sama-sama berkembang. Kertanegara sendiri
memeluk Ciwa-Budha, terjadi sinkretisme antara agama Hindu-Budha. Kertanegara
menganut aliran Tantrayana.
Dengan politik perluasan daerah yang dicanangkan
Kertanegara, banyak tentara yang dikirim keluar daerah.
Pada waktu sedang sepi penjaga, dan pasukan penjaga istana
berkurang, Singasari diserang raja Kediri yaitu Jayakatwang. Kertanegara
meninggal dalam peristiwa ini, dicandikan di dua tempat, di Candi Jawi dan candi Singasari. Raden Wijaya dengan
bantuan pasukan Tar-Tar (Cina) dapat mengalahkan Jayakatwang, dan mendirikan
kerajaan Majapahit. Kertanegara sebagai raja terakhir dan terbesar dari
kerajaan Singasari, diabadikan di beberapa tempat. Terkenal Arca Kertanegara
yang bernama Joko Dolog di Surabaya. Wafatnya Kertanegara mengakhiri riwayat
kerajaan Singasari
B. Kehidupan budaya
dan arsitektur berkembang berkembang, peninggalannya berupa candi
seprti candi
Kidal, Jago, Singasari, arca dewi
Prajnaparamitha (Perwujudan kendedes)
Arca
Joko Dolok
(perwujudan Kertanegara)
11. Kerajaan Majapahit
A. Sumber Sejarah
Dari sumber
tersebut dapat disimpulkan bahwa lokasi kerajaan Majapahit diperkirakan
terdapat di Trowulan Mojokerto JawaTimur. Raja-raja yang memerintah, Raden
Wijaya sebagai pendiri, Jayanegara, Tribuana Tungga Dewi, Hayam Wuruk (mencapai
Puncak Kejayaan), Kusuma
Wardani/Wikrama
Wardana, Suhita (
terjadi perang Paregreg
dengan Bre Wirabumi) sehingga majapahit
mengalami kemunduran, Kertawijaya, Rajasawardhana, Purwawisesa
dansinghawikramawardhana. Keruntuhan
Majapahit ditandai dengan
candrasangkala Sirno Ilang Kertaning Bumi. (1400 C).
- Sumber-sumber sejarah Majapahit yaitu:
a. Prasasti Buta
(1294 M, prasasti ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya setelah ia naik tahta.
Prasasti ini memuat peristiwa-peristiwa keruntuhan Kerajaan Singasari dan
perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan)
b. Prasasti Kudadu (1294 M, mengenai pengalaman Raden Wijaya
sebelum menjadi Raja Majapahit yang telah ditolong oleh Rama Kudadu dari
kejaran balatentara Yayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja dan bergelar
Krtajaya Jayawardhana Anantawikramottunggadewa, penduduk desa Kudadu dan Kepala
desanya (Rama) diberi hadiah tanah sima)
b. Kitab Negarakertagama
c. Kitab Pararaton
d. Buku-buku kidung, misal: Kidung Ronggolawe, Kidung
Sundayana, Kidung Harsawijaya, Kidung
Panji Wijaya Krama
e. Prasasti-prasasti yang merupakan peninggalan raja
Majapahit
f. Berita-berita Cina, misal kitab Ying Yai Sheng Lan.
Karangan Ma Huan dan catatan-catatan dalam tambo dinasti Ming.
Dari sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa lokasi kerajaan
Majapahit diperkirakan terdapat di Trowulan Mojokerto JawaTimur. Raja-raja yang
memerintah, Raden Wijaya sebagai pendiri, Jayanegara, Tribuana Tungga Dewi,
Hayam Wuruk (mencapai Puncak
Kejayaan), Kusuma Wardani/Wikrama
Wardana, Suhita (
terjadi perang Paregreg
dengan Bre Wirabumi) sehingga majapahit
mengalami kemunduran, Kertawijaya, Rajasawardhana, Purwawisesa
dansinghawikramawardhana. Keruntuhan
Majapahit ditandai dengan
candrasangkala Sirno Ilang Kertaning Bumi. (1400 C).
- Berdirinya Majapahit
Setelah kerajaan Singasari hancur, Raden Wijaya bersama-sama
pengikutnya lari karena dikejar tentara Kediri. Sampai di desa Kudadu mendapat
bantuan dari kepala desa di Kudadu, kemudian melanjutkan perjalanan ke Madura
minta perlindungan kepada Aria Wiraraja. Raden Wijaya disuruh pura-pura
menyatakan takluk, sesudah dipercaya Jayakatwang agar minta daerah di hutan
Tarik. Di Tarik tersebut Raden Wijaya mendirikan kerajaan yang kemudian kita
kenal dengan kerajaan Majapahit
- Raja-raja yang memerintah di Majapahit
a. Raja pertama Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jaya
Wardana (1293-1309 M). Beliau menikah dengan ke empat puteri Kertanegara yaitu:
Dyah Dewi Tribuwaneswari (permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah Dewi
Prajnaparamita, Dyah Dewi Gayatri. Langkah Raden Wijaya mengawini putri
Kertanegara diduga berlatar belakang politik, agar tidak terjadi perebutan
kekuasaan.
b. Setelah Raden Wijaya meninggal, tahta digantikan oleh
Jayanegara atau Kala Gemet pada tahun 1309. Beliau merupakan raja yang lemah,
sehingga banyak terjadi pemberontakan. Beberapa pemberontakan yang terjadi
yaitu:
1). Pemberontakan
Ronggolawe dapat diatasi
2). Pemberontakan
Lembu Sora, dapat dipadamkan.
3). Pemberontakan
Nambi, dapat diatasi
4). Pemberontakan
Kuti pada tahun 1319, dapat diatasi berkat jasa Gajah Mada dan jasanya tersebut Gajah Mada
diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1321 Gajah Mada diangkat menjadi
Patih Daha.
c.
Tribuwanatunggadewi (1328-1350 M) Karena Jayanegara tidak mempunyai
putra, tahta seharusnya jatuh ke tangan Gayatri. Karena Gayatri memilih menjadi
Biksuni, maka Tribuwanatunggadewi putrinya ditunjuk sebagai wakil dan diangkat
menjadi raja ketiga bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Di bawah
pemerintahannya terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta, tapi semuanya dapat
diatasi oleh Gajah Mada yang telah diangkat sebagai patih Majapahit.
Pada saat upacara pelantikan Gajah Mada sebagai Patih
Majapahit tahun 1331, beliau mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama
Sumpah Palapa. Inti sumpah tersebut adalah bahwa Gajah Mada tidak akan makan
Palapa (arti palapa mungkin semacam rempah-rempah), tidak akan bersenang-senang/istirahat
sebelum seluruh kepulauan Nusantara bersatu dibawah kekuasaan Majapahit.
Tahun 1350 Gayatri wafat, maka Tribuwanatunggadewi yang
merupakan wakil ibunya segera turun tahta, menyerahkan tahtanya kepada putranya
yaitu Hayam Wuruk.
d. Hayam Wuruk
(1350-1389 M) Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk ini, Majapahit mencapai jaman
keemasannya. Cita-cita Gajah Mada yang diucapkan lewat Sumpah Palapa, disebut
pula sebagai Wawasan Nusantara II dapat tercapai. Wilayah Majapahit, hampir
sama dengan wilayah Republik Indonesia, maka Majapahit disebut sebagai Negara
Maritim Nasional II.
Selama pemerintahan Hayam Wuruk terjadi tiga peristiwa
penting yaitu: peristiwa Bubad tahun 1357, perjalanan suci Hayam Wuruk ketempat
leluhurnya serta upacara Crada yang diadakan untuk memperingati wafatnya
Rajapadni tahun 1362.
Dalam bidang ekonomi, Majapahit sebagai pusat perniagaan di
Asia Tenggara waktu itu. Hasil-hasil yang diperdagangkan adalah beras,
rampah-rempah, garam. Terjadi hubungan dengan negara lain seperti Siam, Ligor,
Birma, Kamboja dan Annam.
a) Hasil sastra
jaman Majapahit antara lain:
b) Kitab
Negarakertagama karangan Prapanca
c) Kitab Sutasoma
karangan Tantular .
Terdapat Kitab “Kutaramanawa” yang berisi tentang aturan
hukum di Majapahit. Sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada Majapahit mengalami
kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani.
e. Ratu
Kusumawardhani (1389-1429 M) Pada masa
pemerintahannya terjadi perang saudara dengan Wirabhumi yang disebut perang
Paregreg. Berakhir dengan terbunuhnya Wirabhumi. Setelah Kusumawardhani
berturut-turut adalah:
1). Dewi Suhita (1429-1447 M)
2). Bhre Tumapel (1447-1451 M)
3). Bhre Kahuripan (1451-1453 M)
4). Purwawisesa (1457-1467 M)
5). Pandan Salas (1467-1478 M)
Berakhirnya pemerintahan Pandanalas, diganti dengan
pemerintahan Giridrawardhana. Kerajaan Majapahit mulai mundur dan akhirnya
runtuh, disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Faktor Politik
(dalam dan luar negeri).
Tidak adanya
negarawan yang tangguh yang dapat mempertahankan kesatuan wilayah yang sangat
luas, sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada. disamping itu, Perang saudara
yang berlarut-larut antara Wirakrama Wardhana dan Bhre Wirabhumi (perang
paregrek) memperlemah Majapahit.
b. Faktor Ekonomi
Majapahit dulu dapat
menyatukan daerah pertanian dan bandar-bandar, setelah ada ekspedisi Cina, bandar-bandar lebih suka
langsung berhubungan dengan luar negeri. Bandar lebih demokratis, berusaha
melepaskan diri dari Majapahit.
c. Faktor Agama
Perbedaan ideologi.
Penyebaran Islam di Asia Tenggara, melalui jalur perdagangan yang lebih dulu
terpengaruh adalah bandar, maka bandar beragama Islam, Majapahit masih Hindu.
Bandar-bandar menentang Majapahit. Ada pula pendapat yang mengatakan adanya
serangan dari Demak. Dalam serat Kondo dan Babad Tanah Jawi runtuhnya Majapahit
ditandai dengan candra sangkala: Sirna Ilang Kertaning Bumi : 1400 C = 1478 M.
B. Kehidupan Budaya
dan sastra berkembang pesat, peninggalan berupa bangunan, seperti candi
Panataran, Sawentar, Sumberjati (Blitar), candi Tegawangi dan
Surawana (Pare, Kediri),
candi Tikus (Trowulan), Candi Brahu
(Mojokerto), Seni sastra
: Kitab Negara
Kertagama, Sutasoma, Arjuna wjiya, Kunjarakarna, Parthayajna, kitab
Pararaton, Sundayana, Sorandaka, Ranggalawe,
Paniwijayakrama, Usana Jawa.
Kerajaan-kerajaan Bercorak Hindu Budha di Indonesia
Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia
Agama Hindu dan Budha berasal dari India. Kedua agama
tersebut masuk dan dianut oleh penduduk di berbgai wilayah nusantara pada waktu
yang hampir bersamaan, sekitar abad ke empat, bersamaan dengan mulai
berkembangnya hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Cina. Sebelum
pengaruh Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, diperkirakan penduduk Indonesia
menganut kepercayaan dinamisme dan animisme.
Agama Budha disebarluaskan ke Indonesia oleh para bhiksu,
sedangkan mengenai pembawa agama Hindu ke Indonesia terdapat 4 teori sebagai
berikut :
Teori ksatria (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para
ksatria)
Teori waisya (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para
pedagang yang berkasta waisya)
Teori brahmana (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para
brahmana)
Teori campuran (masuknya agama Hindu disebarkan oleh
ksatria, brahmana, maupun waisya)
Bukti tertua adanya pengaruh India di Indonesia adalah
ditemukannya Arca Budha dari perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan. Antara abad
ke 4 hingga abad ke 16 di berbagai wilayah nusantara berdiri berbagai kerajaan
yang bercorak agama Hindu dan Budha. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain:
A. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura)
merupakan kerajaan Hindu yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman,
Kalimantan Timur. Diperkirakan kerajaan kutai merupakan kerajaan Hindu tertua
di Indonesia. Kerajaan ini dibangun oleh Kudungga. Diduga ia belum menganut
agama Hindu.
Peninggalan terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti
Yupa, dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah
satu Yupa mengatakan bahwa “Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama
Aswawarman yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai
tiga orang putra. yang paling terkemuka adalah Mulawarman.” Salah satu
prasastinya juga menyebut kata Waprakeswara yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa
Syiwa.
B. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegera di Jawa Barat hampir bersamaan
waktunya dengan Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh
putranya, Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja Purnawarman adalah raja
Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti Tugu pada tahun 417 ia
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak
(sekitar 11 km).
Dari kerajaan Tarumanegara ditemukan sebanyak 7 buah
prasasti. Lima diantaranya ditemukan di daerah Bogor. Satu ditemukan di desa
Tugu, Bekasi dan satu lagi ditemukan di desa Lebak, Banten Selatan.
Prasasti-prasasti yang merupakan sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Prasasti Kebon
Kopi,
2. Prasasti Tugu,
3. Prasasti Munjul
atau Prasasti Cidanghiang,
4. Prasasti
Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara
Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu,
Bogor
7. Prasasti Pasir
Awi, Bogor.
C. Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak agama Budha. Raja
yang pertamanya bernama Sri Jaya Naga, sedangkan raja yang paling terkenal
adalah Raja Bala Putra Dewa.
Letaknya yang strategis di Selat Malaka (Palembang) yang
merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.Keadaan alam Pulau
Sumatera dan sekitarnya pada abad ke-7 berbeda dengan keadaan sekarang.
Sebagian besar pantai timur baru terbentuk kemudian. Oleh karena itu Pulau
Sumatera lebih sempit bila dibandingkan dengan sekarang, sebaliknya Selat
Malaka lebih lebar dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan
kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan besar antara lain sebagai berikut :
Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina
melintasi selat Malaka, sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan
kerajaan Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai
negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan Funan.
Berdasarkan berita dari I Tsing ini dapat kita ketahui bahwa
selama tahun 690 sampai 692, Kerajaan Melayu sudah dikuasai oleh Sriwijaya.
Sekitar tahun 690 Sriwijaya telah meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan
kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Hal ini juga diperkuat oleh 5 buah prasasti
dari Kerajaan Sriwijaya yang kesemuanya ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa
Melayu Kuno. Prasasti-prasasti tersebut adalah sebagai beikut :
1. Prasasti Kedukan
Bukit
2. Prasasti Talang
Tuwo
3. Prasasti Kota
Kapur
4. Prasasti Telaga
Batu
5. Prasasti Karang
Birahi
6. Prasasti Ligor
Selain peninggalan berupa prasasti, terdapat peninggalan
berupa candi. Candi-candi budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera
antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal, akan tetapi
tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi
di Sumatera terbuat dari bata merah.
Beberapa arca-arca bersifat budhisme, seperti berbagai arca
budha dan bodhisatwa Awalokiteswara ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang,
Jambi, Bidor, Perak dan Chaiya.
Pada masa pemerintahan Bala Putra Dewa Sriwijaya menjadi
pusat perdagangan sekaligus pusat pengajaran agama Budha. Sebagai pusat
pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari
negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang
melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas
Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya
menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama
Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah
digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana
dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.
Letak Sriwijaya strategis membawa keberuntungan dan
kemakmuran. Walaupun demikian, letaknya yang strategis juga dapat mengundang
bangsa lain menyerang Sriwijaya. Beberapa faktor penyebab kemunduran dan
keruntuhan :
Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.
Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah
oleh Raja Rajendracoladewa.
Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja
Kertanegara, 1275 – 1292.
Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman
atas perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan
Majapahit.
D. Kerajaan Mataram
( Hindu-Budha )
Kerajaan Mataram diketahui dari Prasasti Canggal yang
berangka tahun 732 Masehi yang ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa)
diperintah oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat Sanjaya naik tahta sebagai penggantinya.
Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara perempuan Sanna).
Prasasti Mantyasih (Prasasti Kedu) yang di dikeluarkan oleh Raja Balitung pada
tahun 907 memuat daftar raja-raja keturunan Sanjaya, sebagai berikut :
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung
Prasasti Kelurak, 782 M di desa Kelurak disebutkan bahwa
Raja Dharanindra membangun arca Majusri ( candi sewu). Pengganti raja
Dharanindra, adalah Samaratungga. Samaratungga digantikan oleh putrinya bernama
Pramodawardhani. Dalam Prasasti Sri Kahulunan ( gelar Pramodawardhani) berangka
tahun 842 M di daerah Kedu, dinyatakan bahwa Sri Kahulunan meresmikan pemberian
tanah untuk pemeliharaan candi Borobudur yang sudah dibangun sejak masa
pemerintahan Samaratungga.
Pramodhawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama
Hindu. Adik Pramodhawardhani, Balaputradewa menentang pernikahan itu. Pada
tahun 856 Balaputradewa berusaha merebut
kekuasaan dari Rakai Pikatan, namun usahanya itu gagal. Setelah pemerintahan
Rakai Pikatan, Mataram menunjukkan kemunduran. Sejak pemerintahan Raja Balitung
banyak mengalihkan perhatian ke wilayah Jawa Timur. Raja-raja setelah Balitung
adalah :
Daksa (910 – 919). Ia telah menjadi rakryan mahamantri I
hino (jabatan terttinggi sesudah raja) pada masa pemerintahan Balitung.
Rakai Layang Dyah Tulodong (919 – 924)
Wawa yang bergelar Sri Wijayalokanamottungga (924 – 929)
Wawa merupakan raja terakhir kerajaan Mataram. Pusat
kerajaan kemudian dipindahkan oleh seorang mahapatihnya (Mahamantri I hino)
bernama Pu Sindok ke Jawa Timur.
E. Kerajaan
Kediri/Kadiri
Pada akhir pemerintahannya Airlangga kesulitan dalam
menunjuk penggantinya, sebab Putri Mahkotanya bernama Sanggramawijaya menolak
menggantikan menjadi raja. la memilih menjadi seorang pertapa. Maka tahta
diserahkan kepada kedua orang anak laki-lakinya, yaitu Jayengrana dan
Jayawarsa. Untuk menghindari perselisihan di antara keduanya maka kerajaan di
bagi dua atas bantuan Pu Barada yaitu Jenggala dengan ibukotanya Kahuripan dan
Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri)
Sampai setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri
tidak ada yang dapat diketahui dari kedua kerajaan itu. Kemudian hanya Kadiri
yang menunjukkan aktifitas politiknya. Raja pertama yang muncul dalam pentas
sejarah adalah Sri Jayawarsa dengan prasastinya yang berangka tahun 1104 M.
Selanjutnya berturut-turut raja-raja yang berkuasa di Kadiri adalah sebagai
berikut : Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya (±1130 – 1160), 1135), Sarweswara
(±1160 – 1170), Aryyeswara (±1170 – 1180), Gandra (1181), Srengga (1190-1200)
dan Kertajaya (1200 – 1222).
Pada tahun 1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken arok
dengan Kertajaya. Ken Arok dengan bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil
mengalahkan Kertajaya di Ganter (Pujon, Malang).
F. Kerajaan
Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab
Pararaton Ken Arok digambarkan sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti,
sehingga menjadi buronan tentara Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari
seorang Brahmana, Ken Arok dapat mengabdi kepada Akuwu (bupati) di Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah
berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa
Tumapel. Ia juga menjadikan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai
permaisurinya. Pada waktu itu Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Kadiri.
Setelah merasa memiliki kekuatan yang cukup, Ken Arok
berusaha untuk melepaskan diri dari Kadiri. Pada tahun 1222 Ken Arok berhasil
membunuh Kertajaya, raja Kadiri terakhir. Ia kemudian naik tahta sebagai raja Singasari dan
mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Girinda.
Tidak lama kemudian, Ken Dedes melahirkan seorang putra
bernama Anusapati hasil pernikahannya dengan Tunggul Ametung. Sedangkan dari
istri yang lain, yaitu Ken Umang, Ken Arok mempunyai seorang putra bernama
Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh
Anusapati. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas
kematian ayahnya, Tunggul Ametung. Anusapati mengantikan berkuasa di Singasari.
Ia memerintah selama 21 tahun. Sampai akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga
sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
Tohjaya naik tahta. Ia memerintah dalam waktu sangat
singkat. Ia kemudian terbunuh oleh Ranggawuni (putra Anusapati). Pada tahun
1248 Ranggawuni naik tahta dengan gelar Srijaya Wisnuwardhana. Pada tahun 1254
Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanegara sebagai Yuwaraja atau Raja Muda.
Wisnuwardana wafat pada tahun 1268 di Mandragiri.
Pada tahun 1268 Kertanegara naik tahta. la merupakan raja
terbesar kerajaan Singasari. Kertanegara merupakan raja pertama yang
bercita-cita menyatukan Nusantara. Pada tahun 1275, Kertanegara mengirimkan
Ekspedisi Pamalayu ke Sumatera (Jambi) dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi
ini bertujuan menuntut pengakuan Sriwijaya dan Malayu atas kekuasaan Singasari.
Ekspedisi ini juga untuk mengurangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina di
Nusantara.
Ekspedisi ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol
tersebut. Oleh karena itu pada tahun 1289 Kubilai Khan mengirimkan utusan
bernama Meng-chi menuntut Singasari mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol atas
Singasari. Kertanegara menolak tegas, bahkan utusan Cina itu dilukai mukanya.
Perlakukan tersebut dianggap sebagai penghinaan dan tantangan perang.
Untuk menghadapi kemungkinan serangan dari tentara Mongol
pasukan Singasari disiagakan dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di
Laut Cina Selatan. Sehingga pertahanan di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan
oleh pihak-pihak yang tidak senang terhadap Kertanegara, diantaranya
Jayakatwang penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja (bupati Madura). Pasukan Kadiri
berhasil menduduki istana dan membunuh Kertanegara.
G. Kerajaan Majapahit
Setelah Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden
Wijaya menantu Kertanegara berhasil melarikan diri ke Madura untuk minta
bantuan Arya Wiraraja, bupati Sumenep. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya
menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan dari Arya Wiraraja, Raden
Wijaya diterima dan diperbolehkan membuka hutan Tarik yang terletak di dekat
Sungai Brantas. Dengan bantuan orang-orang Madura, pembukaan hutan Tarik dibuka
dan diberi nama Majapahit.
Kemudian datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar
Kubilai Khan untuk menghukum raja Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara
sudah meninggal, tentara Tartar bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini
dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada Jayakatwang.
Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu tentara Tartar hendak kembali
kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar, Setelah berhasil
mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit dengan
gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.
Kertarajasa meninggal pada tahun 1309. Satu-satunya putra
yang dapat menggantikannya adalah Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja
Majapahit dengan gelar Sri Jayanagara. Ia bukanlah raja yang cakap. Selain itu
ia juga mendapatkan banyak pengaruh dari Mahapati. Akibatnya masa
pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali pemberontakan.
Pemberontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan
Kuti, pada tahun 1319. Kuti berhasil menduduki ibukota Majapahit, sehingga
Jayanagara harus melarikan diri ke desa Bedander yang dikawal oleh pasukan
Bhayangkari dipimpin oleh Gajah Mada. Pemberontakan Kuti ini berhasil ditumpas
oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan.
Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat dibunuh oleh tabib istana, Tanca. Tanca
kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanagara tidak meninggalkan keturunan.
Karena Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka yang
berhak memerintah semestinya adalah Gayatri atau Rajapatni. Akan tetapi Gayatri
telah menjadi bhiksuni. Maka pemerintahan Majapahit kemudian dipegang oleh
putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani.
la menikah dengan Kertawardhana. Dari perkawinan ini lahirlah Hayam Wuruk. Pada
tahun 1331 terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta. Pemberontakan yang berbahaya
ini dapat ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai
Patih Mangkubumi Majapahit. Pada saat pelantikan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah
Palapa.
Pada tahun 1350 M, lbu Tribhuwanatunggadewi, Gayatri
meninggal. Sehingga Tribhuwana turun tahta. Penggantinya adalah putranya yang
bernama Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam
Wuruk dengan Gajah Mada sebagai Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak
kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya Gajah Mada berhasil menguasai seluruh
kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam, Martaban (Birma), Ligor, Annom, Campa
dan Kamboja.
Pada tahun 1364, Patih Gajah Mada wafat ditempat peristirahatannya,
Madakaripura, di lereng Gunung Tengger. Setelah Gajah Mada meninggal, Hayam
Wuruk menemui kesulitan untuk menunjuk penggantinya. Akhirnya diputuskan bahwa
pengganti Gajah Mada adalah empat orang menteri.
Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia disemayamkan di Tayung
daerah Berbek, Kediri. Seharusnya yang
menggantikan adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani. Namun ia menyerahkan
kekuasaannya kepada suaminya, Wikramawardhana. Sementara itu Hayam Wuruk juga
mempunyai anak laki-laki dari selir yang
bernama Bhre Wirabhumi yang telah mendapatkan wilayah keuasaan di
Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada tahun 1401 hubungan Wikramawardhana
dengan Wirabhumi berubah mejadi perang saudara yang dikenal sebagai Perang
Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat dikalahkan di dibunuh. Tentu saja
perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit. Sehingga banyak
wilayah-wilayah kekuasaannya melepaskan diri.
Comments
Post a Comment